DEMAM TIFUS

8 11 2009

Demam Tifus Wabahi Yang ditularkan oleh kutu ICD-9 080; ICD-10 A75.0
(Louseborne typhus,Typhus exanthematicus, Demam tifus klasik)
1. Identifikasi
Penyakit yang disebabkan oleh rickettsia dengan gejala klinis yang sangat bervariasi.
Penyakit kadangkala muncul mendadak ditandai dengan sakit kepala, menggigil, lelah,
demam dan sakit disekujur tubuh. Timbul bercak dikulit berbentuk makuler pada hari
kelima dan keenam, mulai muncul pada badan bagian atas kemudian menyerbu keseluruh
tubuh, namun penyebaran bercak ini tidak mengenai muka, telapak tangan dan telapak
kaki. Muncul gejala toksemia yang jelas dan penyakit berakhir dengan perbaikan yang
cepat setelah 2 minggu demam.
CFR meningkat dengan meningkatnya umur berkisar antara 10 – 40% jika tidak diobati
dengan pengobatan yang tepat. Gejala klinis ringan tanpa bercak dikullit dapat terjadi
pada penderita anak-anak atau pada orang yang sebelumnya sudah mendapatkan
imunisasi. Penyakit ini dapat menyerang kembali setelah sebelumnya pernah terserang
untuk pertama kalinya (Dikenal dengan penyakit Brill Zinsser, ICD-9 081.1; ICD-10
A75.1); gejala klinis penyakit ini lebih ringan, jarang terjadi komplikasi, CFRnya rendah.
Pemeriksaan laboratorium yang biasanya digunakan untuk konfirmasi diagnosis adalah tes
IF, namun prosedur pemeriksaan ini tidak dapat membedakan antara tifus yang ditularkan
oleh kutu dengan tifus murine (ICD-9 081.0; ICD-10 A75.2), kecuali sera yang akan
dipakai untuk tes IF ini sebelumnya diserap dulu dengan antigen rickettsia terkait. Metode
diagnostik lain yang dipakai adalah EIA, PCR, pengecatan jaringan dengan metode
immunohistochemical, pemeriksaan CF dengan group specific, atau washed type specific
rickettsial antigen, atau dengan tes netralisasi toksin. Pemeriksaan antibodi biasanya
memberi hasil positif pada minggu kedua. Pada penyakit akut antibodi yang ditemukan
adalah IgM dan pada penyakit Brill-Zinsser adalah IgG.
2. Penyebab penyakit: – Rickettsia prowazekii.
3. Penyebaran penyakit
Penyakit ini ditemukan terutama didaerah dingin dengan sanitasi yang jelek dan kepadatan
kutu sebagai vektor sangat tinggi. Wabah yang besar dapat terjadi pada waktu terjadi
peperangan dan pada saat terjadi kelaparan. Fokus-fokus endemis ditemukan tersebar
didaerah pegunungan Mexico, Amerika tengah dan selatan, Afrika bagian tengah dan
timur dan dibeberapa negara di Asia.
Di AS KLB tifus yang ditularkan oleh kutu terakhir dilaporkan terjadi pada tahun 1921.
Rickettsia ini ditemukan sebagai penyakit zoonosis pada tupai terbang (Glaucomys
volans). Secara serologis terbukti bahwa manusia tertulari dari sumber ini kemungkinan
melalui gigitan kutu tupai terbang. Kelompok kasus di AS dilaporkan dari Indiana,
California, Illinois, Ohio, Tennesse dan West Virginia.
4. Reservoir: Manusia berperan sebagai reservoir dan berperan dalam mempertahankan
siklus penularan pada periode antar wabah. Walaupun tupai terbang bukan sebagai sumber
utama penularan namun beberapa kejadian sporadis dikaitkan dengan binatang ini.
564
5. Cara-cara penularan
Kutu badan, Pediculus humanus corporis yang mengisap darah penderita akut akan
terkena infeksi kemudian dapat menularkan kepada orang lain. Penderita penyakit Bill-
Zinsser dapat menginfeksi kutu dan dapat berperan sebagai fokus terjadinya KLB
didaerah dimana densitas kutu tinggi. Kutu yang terinfeksi akan mengeluarkan rickettsia
melalui kotorannya, biasanya kutu ini mengeluarkan kotoran pada saat mereka menghisap
darah. Orang terkena infeksi oleh karena secara tidak sengaja menggosok kulitnya yang
terkena kotoran kutu atau terinfeksi karena membunuh kutu yang sedang menghisap
darah. Rickettsia masuk melalui luka gigitan kutu atau melalui abrasi kulit. Inhalasi udara
yang mengandung pertikel kotoran kutu yang terinfeksi dapat juga menyebabkan infeksi.
Penularan oleh tupai terbang diduga karena gigitan kutu binatang tersebut, namun hal ini
belum dibuktikan kebenarannya.
6. Masa inkubasi: – Antara 1 – 2 minggu rata-rata 12 hari.
7. Masa penularan: Penyakit ini tidak ditularkan langsung dari orang ke orang. Penderita
dapat menularkan penyakit kepada kutu yang menghisap darah mereka pada saat penderita
mengalami demam dan sekitar 2 – 3 hari setelah suhu badan kembali normal. Kutu yang
terinfeksi akan mengeluarkan rickettsia dalam kotorannya 2 – 6 hari setelah menghisap
darah. Kutu dapat segera menjadi infektif jika pada saat sedang menggigit orang lain kutu
tersebut dibunuh. Kutu biasanya mati 2 minggu setelah terinfeksi dan rickettsia dapat
bertahan dalam tubuh kutu yang mati sampai berminggu-minggu.
8. Kerentanan dan kekebalan: Semua orang rentan terhadap penyakit ini. Satu serangan
dapat menimbulkan kekebalan yang dapat bertahan lama.
9. Cara-cara pemberantasan
A. Upaya pencegahan
1). Di daerah yang penduduknya hidup dalam lingkungan dimana densitas kutunya
tinggi, taburkan bubuk insektisida yang punya efek residual pada pakaian dan pada
tubuh orang yang diduga mengandung kutu. Lakukan dengan interval yang tepat.
Insektisida yang dipakai hendaknya jenis yang efektif untuk membunuh kutu
setempat.
2). Perbaiki kondisi kesehatan lingkungan dengan fasilitas air yang mencukupi untuk
mencuci pakaian dan mandi.
3). Lakukan tindakan profilaktik terhadap mereka yang tinggal didaerah risiko tinggi
dengan menaburkan insektisida yang mempunyai efek residual pada pakaian atau
dengan cara impregnasi.
B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar
1). Laporan kepada institusi kesehatan setempat: Demam tifus yang ditularkan oleh
kutu sesuai dengan anjuran WHO merupakan penyakit yang wajib dilaporkan,
Kelas 1A (lihat tentang laporan penyakit menular)
2). Isolasi: Tindakan isolasi tidak perlu dilakukan kalau sudah dilakukan upaya
pemberantasan kutu dengan benar yaitu terhadap pasien, pakaian, lingkungan
tempat tinggal dan terhadap kontak.
565
3). Disinfeksi serentak: Taburkan bubuk insektisida pada pakaian dan tempat tidur
penderita dan kontak. Cucilah pakaian dan sprei yang digunakan oleh penderita.
Kutu cenderung menjauhi suhu tubuh yang tinggi dan suhu tubuh yang dingin,
mereka cenderung mencari tubuh yang ditutupi pakaian dengan suhu normal (lihat
bab 9A1, diatas).
4). Karantina: Mereka yang tubuhnya mengandung kutu dan terpajan dengan
penderita tifus harus dikarantina selama 15 hari setelah badannya ditaburi dengan
insektisida dengan efek residual.
5). Penanganan kontak: Semua kontak harus diamati terus menerus selama 2 minggu.
6). Investivigasi kontak dan sumber infeksi: segala upaya harus dilakukan untuk
melacak sumber penularan.
7). Pengobatan spesifik: Pada saat KLB pemberian doksisiklin dosis tunggal 200mg
biasanya sudah cukup untuk menyembuhkan penderita. Pemberian tetrasiklin atau
kloramfenikol dengan dosis awal 2 – 3 gram diikuti dengan dosis 1 – 2 gram/hari
dibagi dalam 4 dosis sampai penderita tidak demam lagi (biasanya 2 hari)
ditambah 1 hari. Jika mendapatkan penderita yang diduga tifus dengan penyakit
berat, segera lakukan pengobatan tanpa harus menunggu konfirmasi hasil
laboratorium.
C. Upaya penanggulangan wabah
Upaya yang dilakukan secara cepat menanggulangi KLB tifus adalah dengan cara
menaburkan insektisida dengan efek residual terhadap seluruh kontak. Jika disuatu
daerah diketahui bahwa penyebaran kutu sangat luas maka lakukan tindakan
penaburan insektisida dengan efek residual secara sistematik terhadap seluruh anggota
masyarakat. Pemberian pengobatan yang tepat terhadap penderita membantu
mencegah penyebaran penyakit.
D. Implikasi bencana
Ditempat penampungan pengungsi, ditempat dimana orang banyak berkumpul dapat
terjadi KLB tifus jika didaerah tersebut adalah daerah endemis dengan densitas kutu
yang tinggi.
E. Pengukuran Internasional
1). Negara yang terjangkit demam tifus yang ditularkan kutu di daerah yang tadinya
tidak ada kasus, wajib melaporkan kepada WHO secepat mungkin.
2). Wisatawan mancanegara: Tidak satupun negara didunia yang mewajibkan para
wisatawan untuk mendapatkan imunisasi sebelum memasuki negara tersebut.
3). Tifus yang ditularkan oleh kutu termasuk didalam grafik penyakit dibawah
Surveilans WHO. Manfaatkan pusat pusat kerjasama WHO.


Aksi

Information

2 responses

13 09 2010
umar

menurut saya cukup lengkap hanya saja terlalu banyak bahasa2 kedokteran yang jarang orang mendengarnya jadi sulit untuk di mengerti ..
maksih

13 09 2010
penyakitdalam

Terima kasih atas kunjnganny, memang ini bukan untuk masyarakat umum. Untuk masyarakat umum silahkan klik disini

Tinggalkan komentar